Proyeksi Peta Dalam sistem Informasi
Proyeksi
Peta
Ditulis
oleh La An di/pada Juni 11th, 2007.
Bentuk
bumi yg selama ini kita liat
adalah sebuah model bumi yg dibikin
oleh manusia, kadang ada berbentuk bulat kadang berbentuk elips. Tp
sebenarnya bukan seperti itu bentuk
bumi, bentuknya adalah tidak beraturan. Dan biar
lebih mudah ngegambarnya,
akhirnya lebih umum
menjadi bulat. Dan bentuk
bulat ini di bikin datar
oleh peta. “Namanya juga peta, kan gambaran permukaan bumi dalam bidang
datar”.
Oleh
karena permukaan bumi ini tidak rata alias melengkung-lengkung tidak beraturan, akan tetapi peta
membutuhkan suatu gambaran dalam bidang datar, maka diperlukan pengkonversian
dari bidang lengkung bumi sebenarnya ke bidang datar agar tidak terjadi
distorsi permukaan bumi.
Ini nieh ukuran bumi dalam angka
Ellipticity: 0.003 352 9
Mean radius: 6,372.797 km
Equatorial radius: 6,378.137 km
Polar radius: 6,356.752 km
Aspect Ratio: 0.996 647 1
Ellipticity: 0.003 352 9
Mean radius: 6,372.797 km
Equatorial radius: 6,378.137 km
Polar radius: 6,356.752 km
Aspect Ratio: 0.996 647 1
radius equatornya
lebih panjang dari pada radius kutub
Pernah
mengupas jeruk? Pasti susah bangat
meletakkan kulit jeruk menjadi bidang datar, tetapi kulit jeruk tersambung semua. begitu juga yg di alami oleh kartografer ketika memetakan
permukaan bumi, mereka harus memindahkan bagian geografis dengan cara tertentu,
menarik dan menggabungkan kembali bagian-bagian tersebut secara bersamaan agar
menjadi peta datar yang nyambung.
peta tidak terkecuali
globe mengalami distorsi dari bumi yang sebenarnya. Untuk wilayah yang lebih
kecil, distorsi tidak signifikan karena wilayah yang kecil dalam globe kelihatan seperti permukaan
datar. Untuk wilayah yang lebih luas atau untuk tujuan yang butuh akurasi yang
tinggi, bagaimanapun distorsi merupakan hal yang sangat penting. Oleh karena
itu diperlukan proyeksi peta. Dalam penyusunan peta diperlukan suatu proyeksi
peta yg memberikan
hubungan antara titik-titik di
bumi dengan di peta, proyeksi yg dipilih dipersyaratkan memiliki distorsi yg kecil.
Pada
prinsipnya arti proyeksi peta adalah usaha mengubah bentuk bidang lengkung ke bentuk
bidang datar, dengan persyaratan
bentuk yang diubah itu
harus tetap, luas permukaan yang diubah harus tetap dan jarak antara satu titik
dengan titik yang lain di atas permukaan yang diubah harus tetap.
Proyeksi
peta adalah teknik-teknik yang digunakan untuk menggambarkan sebagian atau
keseluruhan permukaan tiga dimensi yang secara kasaran berbentuk bola ke permukaan datar dua dimensi
dengan distorsi sesedikit
mungkin. Dalam proyeksi peta diupayakan sistem yang memberikan hubungan antara
posisi titik-titik di muka bumi dan di peta.
untuk
memenuhi semua ketiga
persyaratan perubahan dari bidang lengkung ke bidang datar rasanya tidak
mungkin bangat, maka ada kompromi2 dalam menggunakan
syarat tersebut, sehingga munculah
berbagai macam jenis proyeksi. Beberapa jenis proyeksi yang umum adalah
silinder/tabung (cylindrical), kerucut (conical), bidang datar (zenithal) dan
gubahan (arbitrarry). Jenis proyeksi yang sering kita jumpai sehari-hari adalah
proyeksi gubahan, yaitu proyeksi yang diperoleh melalui perhitungan. Jenis
proyeksi yang sering di gunakan di indonesia adalah WGS-84 (World Geodetic
System) dan UTM (Universal Transverse Mercator)
WGS-84
(World Geodetic System) adalah ellipsoid terbaik untuk keseluruhan geoid.
Penyimpangan terbesar antara geoid dengan ellipsoid WGS-84 adalah 60 m di atas
dan 100 m di bawah-nya. Bila ukuran sumbu panjang ellipsoid WGS-84 adalah 6 378
137 m dengan kegepengan 1/298.257, maka rasio penyimpangan terbesar ini adalah
1 / 100 000. Indonesia, seperti halnya negara lainnya, menggunakan ukuran ellipsoid
ini untuk pengukuran dan pemetaan di Indonesia. WGS-84 “diatur, diimpitkan”
sedemikian rupa diperoleh penyimpangan terkecil di kawasan Nusantara RI. Titik
impit WGS-84 dengan geoid di Indonesia dikenal sebagai datum Padang (datum
geodesi relatif) yang digunakan sebagai titik reference dalam pemetaan
nasional. Sebelumnya juga dikenal datum Genuk di daerah sekitar Semarang untuk
pemetaan yang dibuat Belanda. Menggunakan ER yang sama – WGS 84, sejak 1995
pemetaan nasional di Indonesia menggunakan datum geodesi absolut. DGN-95. Dalam
sistem datum absolut ini, pusat ER berimpit dengan pusat masa bumi.
Proyeksi
UTM merupakan proyeksi Peta yang banyak di pilih dan di gunakan dalam kegiatan
pemetaan di Indonesia karena di nilai memenuhi syarat2 ideal yang sesuai dengan bentuk, letak dan
luas Indonesia. Spesifikasi UTM antara lain adalah (1) menggunakan bidang
silender yang memotong bola bumi pada dua meridian standart yang mempunyai
faktor skala k=1, (2) Lebar zone 6° dihitung dari 180° BB dengan nomor zone 1 hingga
ke 180° BT dengan nomor zone 60. Tiap zone mempunyai meridian tengah sendiri,
(3) setiap zone memiliki meridian tengah sendiri dengan faktor perbesaran =
0.9996, (4) Batas paralel tepi atas dan tepi bawah adalah 84° LU dan 80° LS dan
(5) proyeksinya bersifat konform. Menurut Frans (iagi.net) UTM menggunakan
silinder yg membungkus ellipsoid dengan kedudukan sumbu silindernya tegak lurus
sumbu tegak ellipsoid (sumbu perputaran bumi), sehingga garis singgung
ellipsoid dan silinder merupakan garis yg berhimpit dengan garis bujur pada
ellipsoid. Akibatnya, titik2 pada garis tersebut terletak pada kedua bidang,
sehingga posisinya walaupun dipindahkan (diproyeksikan), dari ellipsoid ke
silinder, tidak akan mengalami perubahan (distorsi).
Kesimpulan :
Diksi dalam artikel ini sudah cukup tepat, hanya ada beberapa
yang mungkin memerlukan penukaran atau pengurangan kata, seperti pada contoh
kalimat berikut ini: “untuk memenuhi semua ketiga
persyaratan perubahan dari bidang lengkung ke bidang datar rasanya tidak mungkin
bangat,” untuk kata yang pertama semua
ketiga seharusnya
tidak perlu menuliskan kedua kata tersebut, cukup salah satu saja karena cukup
mewakili maksud dari kalimat tersebut. Dan yang ke dua kata bangat sebaiknya tidak perlu, karena akan lebih terasa
melebih-lebihkan. Dalam kalimat ini “Pada
prinsipnya arti proyeksi peta adalah usaha mengubah bentuk bidang lengkung ke
bentuk bidang datar” kata ke pada kalimat ini juga kurang tepat, karena kata ke
lebih ditunjukan untuk jarak dan tempat, sebaiknya mengguanakan “menjadi”
karena kalimat ini menunjukan adanya perubahan bentuk dari suatu benda.
Kelebihan:
Kami rasa penyampain artikel ini sudah tepat, pada siapa artikel
ini ditujukan dan untuk apa tujuan artikel ini dibuat, serta adanya implementasi
kedalam dunia nyata seperti kutipan kalimat ini “Pernah mengupas jeruk?
Pasti susah sekali meletakkan kulit jeruk menjadi bidang datar, tetapi kulit
jeruk tersambung semua”. Selain itu ada juga sepenggal kalimat “Namanya
juga peta, kan gambaran permukaan bumi dalam bidang datar”, kalimat ini sedikit memberi penekanan pada tema yang sedang
dibahas serta bersifat bebas dan tidak kaku, jadi kita sebagai pembaca tidak
merasa jenuh saat membacanya.
Kekurangan:
Masih banyak sekali kesalahan penulisan kata dalam artikel ini,
seperti : penempatan imbuhan , pemilihan katan, serta kata-kata yang disingkat.
Sumber atau referensi artikel ini juga tidak dicantumkan padahal dalam artikel
ini penulis menjelaskan tentang ukuran bumi.