1. Jelaskan tentang perkembangan jaringan komputer
sebagai sarana yang digunakan dalam proses telematika baik yang menggunakan
kabel maupun yang tanpa kabel ?
·
LAN
Sebuah Jaringan Area Lokal, adalah jaringan yang dibatasi oleh
area yang relatif kecil, umumnya dibatasi oleh area lingkungan seperti sebuah
perkantoran di sebuah gedung, atau sebuah sekolah, dan biasanya tidak jauh dari
sekitar 1 km persegi. Beberapa model konfigurasi Jaringan Area Lokal, satu komputer biasanya di jadikan
sebuah file server. Yang mana digunakan untuk menyimpan perangkat lunak yang
mengatur aktivitas jaringan, ataupun sebagai perangkat lunak yang dapat
digunakan oleh komputer komputer yang terhubung ke dalam network Komputer-komputer yang terhubung ke
dalam jaringan itu Biasanya disebut dengan workstation. Biasanya kemampuan
workstation lebih di bawah dari file server dan mempunyai aplikasi lain di
dalam harddisknya selain aplikasi untuk jaringan. Kebanyakan Jaringan Area
Lokal menggunakan media kabel untuk menghubungkan antara satu komputer dengan
komputer lainnya.
·
MAN
Sebuah Jaringan
area Metropolitan,
biasanya meliputi area yang lebih besar dari Jaringan Area Lokal, misalnya antarwilayah dalam satu
provinsi. Dalam hal ini jaringan menghubungkan beberapa buah jaringan-jaringan
kecil ke dalam lingkungan area yang lebih besar, sebagai contoh yaitu: jaringan
bank ketika beberapa kantor cabang sebuah bank di dalam sebuah kota besar
dihubungkan antara satu dengan lainnya. Misalnya BCA yang ada di seluruh
wilayah Malang atau Jakarta.
·
WAN
Jaringan area Skala Besar adalah jaringan yang lingkupnya biasanya
sudah menggunakan sarana Satelit ataupun kabel bawah laut sebagai contoh
keseluruhan jaringan BANK BCA yang ada di Indonesia ataupun yang ada di
Negara-negara lain. Menggunakan sarana Jaringan area Skala Besar, Sebuah Bank yang ada di Bandung bisa
menghubungi kantor cabangnya yang ada di Hongkong, hanya dalam beberapa menit.
Biasanya Jaringan area Skala Besar agak rumit dan sangat kompleks,
menggunakan banyak sarana untuk menghubungkan antara Jaringan Area Lokal dan Jaringan area Skala Besar ke dalam Komunikasi Global seperti
Internet. Tapi bagaimanapun juga antara Jaringan Area Lokal, Jaringan area
Metropolitan dan Jaringan area Skala Besar tidak banyak berbeda dalam beberapa hal,
hanya lingkup areanya saja yang berbeda satu di antara yang lainnya.
2. Apa keuntungan dan kerugian :
a. Teknologi perr-to-peer
b. Teknologi client-server
Berikan contoh komunikasi baik ?
Dalam Suatu arsitektur
jaringan, perlu adanya suatu komputer yang ditunjuk secara full-time server,
sedangkan yang lain (seperti user workstations) menjadi full-time client.
Sebagai contoh sebuah file server menjadi house hard driver yang berisi semua
file dari masing-masing pengguna jaringan tersebut dan dapat diakses dari
komputer pribadi pengguna. Setelah bekerja pada file, maka user dapat menyimpan
perubahan dan penambah file ke jaringan tersebut. Contoh lain server akan
diatur sebagai “Post Office” untuk menyebarkan kesemua Jaringan Client. Peer to
Peer dan Client Server memiliki kelebihan dan kekurangannya. On Balance,
however, konfigurasi client server lebih baik dari pada peer to peer, terutama
di lingkungan bisnis kecil dimana ada harapan untuk perkembangan dan
pertumbuhannya.
a. Jaringan
Peer to Peer
Dalam jaringan ini tidak ada
komputer yang berfungsi khusus, dan semua komputer dapat berfungsi sebagai
client dan server dalam satu saat bersamaan. Pengguna masing-masing komputer
bertanggung jawab terhadap administrasi resource komputer ( dengan membuat nama
user, membuat share, menandai ijin mengakses share tersebut). Tiap-tiap user
bertanggung jawab juga mengenal pembackupan data pada komputer. Sayangnya
penempatan resource dapat menjadi sulit pada network peer to peer yang
mempunyai lebih banyak komputer.
a. Jaringan client server
Dalam jaringan ini satu
komputer berfungsi sebagai pusat pelayanan (server) dan komputer yang lain
berfungsi meminta pelayanan ( client ). Sesuai dengan namanya, client server
berarti adanya pembagian kerja pengelolaan data antara client dan server. Saat
ini, sebagian besar jaringan menggunakan model client/server.
File Server :
Sebuah komputer yang biasanya lebih tinggi dari pada workstation, digunakan sebagai tempat penyimpanan file dan file diakses oleh user workstation.
Sebuah komputer yang biasanya lebih tinggi dari pada workstation, digunakan sebagai tempat penyimpanan file dan file diakses oleh user workstation.
Kelebihan
peer to peer :
1. Pelaksanaan
tidak terlalu mahal,relatif murah
2. Tidak
membutuhkan software server NOS
( Network Operating System )
3. Tidak
membutuhkan administrator Network yang handal
Kekurangan
peer to peer
1. Tidak
cocok untuk network skala besar, administrasi menjadi tidak terkontrol
2. Tiap
user harus dilatih untuk menjalankan tugas administrative Keamanan
sistem kurang
3. Semua
mesin yang sharing resource tidak mempengaruhi performa
Kelebihan
client-server
1. Memberikan
keamanan yang lebih baik
2. Lebih
mudah pengaturannya bila networknya besar karena administrasinya disentralkan
3. Semua
data dapat dibackup pada satu lokasi sentral (pusat)
Kekurangan
client server
1. Membutuhkan
software NOS yang mahal contoh : NT atau server Windows 2000, XP,Novell,
UNIX
2. Membutuhkan
hardware yang lebih tinggi dan mahal untuk mesin server
3. Membutuhkan
administrator yang Profesional
4. Mempunyai
satu titik lemah jika menggunakan satu server, data user menjadi tak
ada jika server mati.
3 Jelaskan menurut pendapat masing masing tentang
perkembangan teknologi wireless yang meliputi hardware, sistem operasi dan
program aplikasi yang digunakan pada perangkat wireless ?
Teknologi wireless menurut para data yang ada saat ini
akan mengalami kemajuan dan pengembangan yang cepat beberapa tahun yang akan
datang. Kemajuan itu akan terjadi dibeberapa bidang termasuk dalam komunikasi
data. Untuk memperjelas mengenai perkembangan wireless LAN, Onno W.Purbo menjelaskan bahwa Teknologi WLAN
2.4GHz, 5.8GHz, 5GHz berkembang pesat sekali terutama karena pembebasan ijin
frekuensi di band ISM ( industrial, scientific, medical ) maupun band UNII (Unlicensed
National Information Infrastructure) oleh pemerintah Amerika Serikat.
Standar komunikasi data yang digunakan umumnya adalah keluarga IEEE 802.11,
dimana IEEE 802.11b mempunyai kecepatan maksimum 11Mbps, sedang IEEE 802.11a
dan IEEE 802.11g mempunyai kecepatan maksimum 54Mbps.Untuk komunikasi data pada wireless membutuhkan beberapa komponen
arsitektur yang dapat diterjemahkan oleh interface
protocol. IEEE sebagai lembaga regulasi internasional telah
menetapkan protokol untuk wireless yang terdiri atas arsitektur fisik dan
aritektur logic dari wireless ini.
Beberapa model peralatan yang menggunakan wireless diantarannya
adalah sebagai berikut :
- Telepon selular dan radio panggil (pager)
Layanan yang disediakan
untuk aplikasi bergerak dan mudah dibawa, baik untuk perorangan maupun bisnis.
- GPRS untuk navigasi
Digunakan untuk
memudahkan pengguna lalu lintas, seperti mobil, pesawat kapal laut dan lainnya
- Alat-alat komputer tanpa kabel seperti mouse dan keyboard
Mouse dan keyboard terkadang
mengalami kendala berupa sulitnya pemasangan konektornya pada CPU, terkadang
mengalami juga kerusakan pada konektornya.Mouse dan Keyboard dengan
teknologi wireless memungkinkan mengatasi kendala tersebut,
bahkan pengguna akan lebih leluasa dalam bergerak.
- Telepon Cordless
Teknologi wireless juga
dipakai oleh perusahaan telekomunikasi yaitu berupa Telepon Cordless,
sehingga penggunaanya dapat dibawa kemana-mana.
- Remote Control
Berupa alat tanpa kabel
yang digunakan untuk mengendalikan peralatan dari jarak jauh, penggunaannya
seperti pada televisi, pager dan lainnya.
- Satelit televisi
Memberikan layanan
siaran sehingga penonton dapat memilih saluran yang berbeda.
- Wireless LAN
Wireless LAN adalah
teknologi LAN dengan udara sebagai media transmisinya sehingga memberikan
layanan fleksibellitas dan relibilitas untuk
para pengguna komputer dalam bisnis maupun non bisnis.
Sistem Operasi
WLAN juga memiliki kelebihan lain
dalam hal kemudahan implementasi serta fleksibilitas. Semua perangkat yang saat
ini ada di pasaran, memiliki interface yang user friendly dan sebagian besar
kompatibel dengan berbagai macam sistem operasi dan teknologi jaringan LAN
eksisting. Bentuk perangkat yang kompak dengan berbagai macam fitur yang
beragam, memudahkan perencanaan dan implementasi jaringan.
Aplikasi wireless lan
Wireless
LAN (WLAN) adalah teknologi LAN yang menggunakan frekuensi dan transmisi radio
sebagai media penghantarnya, pada area tertentu, menggantikan fungsi kabel.
Pada umumnya WLAN digunakan sebagai titik distribusi di tingkat pengguna akhir,
melalui sebuah atau beberapa perangkat yang disebut dengan Access Point (AP),
berfungsi mirip hub dalam terminologi jaringan kabel ethernet. Di tingkat
backbone, sejumlah AP tersebut tetap dihubungkan dengan media kabel. WLAN
dimaksudkan sebagai solusi alternatif media untuk menjangkau pengguna yang
tidak terlayani oleh jaringan kabel, serta untuk mendukung pengguna yang
sifatnya bergerak atau berpindah-pindah (mobilitas).
Frekuensi yang kini umum dipergunakan untuk aplikasi WLAN adalah 2.4 Ghz dan 5.8 Ghz yang secara internasional dimasukkan ke dalam wilayah licence exempt (bebas lisensi) dan dipergunakan bersama oleh publik (frequency sharing). Belakangan oleh forum WSIS yang disponsori oleh PBB dan badan dunia seperti ITU, serta industri teknologi, frekuensi ini direkomendasikan sebagai tulang punggung penetrasi Internet di negara berkembang terutama untuk area yang belum terlayani oleh infrastruktur telekomunikasi konvensional.
Teknologi yang digunakan untuk WLAN mayoritas menggunakan standar IEEE 802.11 (a/b/g). Perbedaan antar standar ini adalah pada modulasi transmisinya yang menentukan kapasitas layanan yang dihasilkan. Pada standar 802.11b, kapasitas maksimalnya 11 Mbps, 802.11g dapat mencapai 20 Mbps keduanya bekerja di frekuensi 2.4 Ghz. Sementara standar 802.11a bekerja pada frekuensi 5.8 Ghz. Karena lebar pita frekuensi yang lebih luas dan modulasi yang lebih baik, maka perangkat yang berbasis standar ini mampu melewatkan data hingga kapasitas 54 dan 108 Mbps dan menampung jumlah pengguna lebih banyak.
Selain itu ada kelompok industri yang membangun aliansi, disebut dengan Wireless Alliance (WiFi Consortium). Lembaga ini berupaya menerapkan standar interoperabilitas antar perangkat WLAN sebagai jaminan bagi pengguna bahwa setiap perangkat yang telah disertifikasi WiFi akan dapat saling terhubung meskipun berbeda vendor atau pemanufaktur.
WLAN juga memiliki kelebihan lain dalam hal kemudahan implementasi serta fleksibilitas. Semua perangkat yang saat ini ada di pasaran, memiliki interface yang user friendly dan sebagian besar kompatibel dengan berbagai macam sistem operasi dan teknologi jaringan LAN eksisting. Bentuk perangkat yang kompak dengan berbagai macam fitur yang beragam, memudahkan perencanaan dan implementasi jaringan.
Teknologi WLAN saat ini juga sudah sangat mapan sehingga pengguna punya banyak alternatif solusi. Sebagian besar produk WiFi menggunakan chipset dan fitur yang generik, meskipun dimanufaktur oleh sejumlah vendor berbeda dengan brandname masing-masing. Karena bersifat massal, maka harganya juga sudah sangat terjangkau. Sebuah sistem AP lengkap, hanya membutuhkan sekitar $ 200 - $ 500. Sedangkan untuk pengguna, harganya sudah di bawah $ 100.
Keterbatasan
Perangkat WLAN bekerja pada frekuensi publik yang bebas lisensi, sehingga isu utamanya adalah terjadinya interferensi antar perangkat dan pengguna. Karena pada frekuensi ini sipapun bebas menggunakan dan memanfaatkan, dengan syarat harus toleran serta memperhatikan dan menghormati kondisi eksisting. Sehingga ada etika dan tanggung jawab moral untuk bersama-sama mengelola resource tersebut sehingga setiap pemain dapat hidup berdampingan.
Pada setiap perangkat WLAN terdapat mekanisme dan fitur untuk menghadapi interferensi. Namun yang paling menentukan sebenarnya adalah desain jaringan yang tepat untuk setiap situasi yang dihadapi dan kecermatan instalasi. Seperti misalnya, kondisi line of sight (tanpa penghalang) dan menghitung efek redaman serta kemungkinan terjadinya multipath (sinyal pantulan yang mengganggu).
Teknologi media transmisi WLAN sendiri sifatnya adalah bridging (Layer 2) dan sangat mirip fungsinya dengan perangkat hub pada jaringan LAN ethernet kabel. Sehingga pada dasarnya kapasitas maksimum yang dapat dilayani oleh sebuah AP, misalnya standar 802.11b adalah 11 Mbps, harus dibagi kepada sejumlah pengguna yang aktif. Sehingga semakin banyak pengguna aktif, performance dan troughput jaringan akan terdegradasi. Sehingga tingkat ekspektasi pengguna juga harus diturunkan terutama dari segi kualitas aksesnya.
Meskipun memiliki sejumlah fitur dan teknologi pengamanan seperti filtering MAC address, enkripsi WEP atau WPA dan kemampuan VLAN dan VPN, namun tetap saja kualitasnya tidak sebagus perangkat teknologi dengan media kabel. Selain juga pada umumnya penerapan fitur keamanan akan menurunkan performa sistem. Sehingga apabila aplikasi pengguna sangat memerlukan standar security yang tinggi, maka jaringan WLAN bisa menjadi salah satu titik kelemahan yang harus diwaspadai dan disikapi secara berhati-hati.
Aplikasi Indoor
Aplikasi utama WLAN disebut dengan HotSpot, yaitu sebuah jaringan yang bisa melayani kebutuhan pengguna bergerak. Pengguna dengan perangkat mobile gadget seperti PDA, notebook bisa mengakses Internet di lokasi tertentu yang tersedia jaringan HotSpot WLAN. Semakin meluasnya perkembangan HotSpot telah mendorong terbentuknya bisnis model baru yang memungkinkan setiap provider melakukan kerjasama roaming bahkan hingga ke jaringan internasional, sebagaimana yang terjadi pada bisnis selular dengan memanfaatkan layanan otentikasi pelanggan dan clearing house semacam iPass.
Pengguna bisa mendaftar sebagai pelanggan tetap pada provider HotSpot, sehingga bisa mengakses dari lokasi manapun yang tersedia. Pilihan lain, menjadi pelanggan on demand, biasanya secara pre paid dengan membeli voucher akses Internet via HotSpot pada suatu lokasi dari provider tertentu untuk durasi waktu tertentu. Pelanggan on demand biasanya lebih bebas untuk memilih provider mana yang akan digunakan, karena suatu lokasi bisa saja tersedia beberapa HotSpot dari sejumlah provider yang berbeda.
Aplikasi lain adalah HotSpot di dalam jaringan internal perusahaan. Apabila pengguna di lingkungan perusahaan banyak yang menggunakan perangkat gadget mobile, maka diperlukan HotSpot pada beberapa lokasi strategis untuk melayani kebutuhan tersebut. Kebanyakan perangkat mobile saat ini sudah WiFi compliance, seperti misalnya notebook berbasis procesor Intel Centrino yang sudah built in dengan kemampuan WiFi. Apabila pengguna jenis ini masih tetap menggunakan kabel, maka mobilitasnya akan terhambat.
Aplikasi Outdoor
Di banyak negara berkembang (termasuk Indonesia) yang sangat terbatas ketersediaan infrastruktur telekomunikasinya, teknologi WLAN dengan kreatifitas tertentu banyak dijadikan sebagai alternatif akses last mile. Perangkat WiFi pada umumnya memiliki konektor yang bisa disambungkan dengan antena eksternal yang memiliki gain lebih tinggi. Dengan kombinasi ini, sebuah jaringan WLAN yang semula hanya bisa menjangkau area sampai radius 100 – 200 meter, kini bisa diperluas menjadi 3 – 5 km.
Aplikasi outdoor ini meskipun menimbulkan konsekuensi biaya tambahan seperti untuk pembelian antena eksternal, jasa instalasi dan tiang atau tower penyangga namun secara umum masih sangat terjangkau oleh pelanggan pada umumnya. Untuk aplikasi pada area yang dekat (1 – 2 km) cukup banyak eksperimen serta produk asesoris lokal (seperti antenna) ditawarkan sehingga biaya bisa lebih di tekan sehingga makin menjangkau segmen pengguna yang lebih luas.
Berbagai kemudahan dan struktur biaya yang makin rendah, mampu mendorong tumbuhnya bisnis layanan jasa baru yang disebut dengan Wireless ISP (WISP), serta RT/RW Net. WISP menyelenggarakan layanannya dengan berbasis pada teknologi WLAN, baik itu di sisi backbone maupun distribusi last mile kepada pelanggannya. Pada umumnya diselenggarakan oleh pengusaha lokal dengan skala usaha menengah dengan kualitas layanan menengah. Pelanggan utama WISP biasanya adalah Warung Internet (WARNET) yang memang telah dikenal sebagai ujung tombak penetrasi Internet karena biaya yang relatif rendah.
Sementara RT/RW Net umumnya dikembangkan berdasarkan inisiatif komunitas di suatu lokasi pemukiman dan bersifat swadaya serta non komersial. Prinsipnya adalah berbagi pakai akses Internet secara massal untuk mereduksi biaya. Untuk last mile distribution, RT/RW Net juga mengandalkan teknologi WLAN dengan kombinasi produk eksperimentasi homebrew seperti antena dari kaleng susu dan modifikasi perangkat WiFi dengan port USB yang tergolong low end product.
Teknologi dan desain outdoor yang sama di Indonesia juga banyak dipergunakan untuk aplikasi jaringan internal perusahaan. Misalnya sebagai backbone antar gedung dalam satu area atau distribusi jaringan antar kantor cabang dalam satu kota maupun digunakan sebagai infrastruktur jaringan backup bagi aplikasi yang mission critical.
Dari segi aplikasi private, pengguna WLAN yang cukup menonjol dalam hal jumlah adalah komunitas pendidikan dan Pemerintah Daerah (Pemda). Pemanfaatan teknologi WLAN diyakini mampu mereduksi biaya rutin jaringan lokal close user group yang selama ini dilayani oleh operator telekomunikasi dengan beban charging berdasarkan durasi waktu atau flat bulanan hanya untuk sewa trunk atau pipa (media) akses saja. Dengan WLAN yang bebas lisensi dan biaya abonemen, dana operasional bisa dialihkan untuk meningkatkan kualitas content aplikasi E-Learning maupun E-Goverment.
Frekuensi yang kini umum dipergunakan untuk aplikasi WLAN adalah 2.4 Ghz dan 5.8 Ghz yang secara internasional dimasukkan ke dalam wilayah licence exempt (bebas lisensi) dan dipergunakan bersama oleh publik (frequency sharing). Belakangan oleh forum WSIS yang disponsori oleh PBB dan badan dunia seperti ITU, serta industri teknologi, frekuensi ini direkomendasikan sebagai tulang punggung penetrasi Internet di negara berkembang terutama untuk area yang belum terlayani oleh infrastruktur telekomunikasi konvensional.
Teknologi yang digunakan untuk WLAN mayoritas menggunakan standar IEEE 802.11 (a/b/g). Perbedaan antar standar ini adalah pada modulasi transmisinya yang menentukan kapasitas layanan yang dihasilkan. Pada standar 802.11b, kapasitas maksimalnya 11 Mbps, 802.11g dapat mencapai 20 Mbps keduanya bekerja di frekuensi 2.4 Ghz. Sementara standar 802.11a bekerja pada frekuensi 5.8 Ghz. Karena lebar pita frekuensi yang lebih luas dan modulasi yang lebih baik, maka perangkat yang berbasis standar ini mampu melewatkan data hingga kapasitas 54 dan 108 Mbps dan menampung jumlah pengguna lebih banyak.
Selain itu ada kelompok industri yang membangun aliansi, disebut dengan Wireless Alliance (WiFi Consortium). Lembaga ini berupaya menerapkan standar interoperabilitas antar perangkat WLAN sebagai jaminan bagi pengguna bahwa setiap perangkat yang telah disertifikasi WiFi akan dapat saling terhubung meskipun berbeda vendor atau pemanufaktur.
WLAN juga memiliki kelebihan lain dalam hal kemudahan implementasi serta fleksibilitas. Semua perangkat yang saat ini ada di pasaran, memiliki interface yang user friendly dan sebagian besar kompatibel dengan berbagai macam sistem operasi dan teknologi jaringan LAN eksisting. Bentuk perangkat yang kompak dengan berbagai macam fitur yang beragam, memudahkan perencanaan dan implementasi jaringan.
Teknologi WLAN saat ini juga sudah sangat mapan sehingga pengguna punya banyak alternatif solusi. Sebagian besar produk WiFi menggunakan chipset dan fitur yang generik, meskipun dimanufaktur oleh sejumlah vendor berbeda dengan brandname masing-masing. Karena bersifat massal, maka harganya juga sudah sangat terjangkau. Sebuah sistem AP lengkap, hanya membutuhkan sekitar $ 200 - $ 500. Sedangkan untuk pengguna, harganya sudah di bawah $ 100.
Keterbatasan
Perangkat WLAN bekerja pada frekuensi publik yang bebas lisensi, sehingga isu utamanya adalah terjadinya interferensi antar perangkat dan pengguna. Karena pada frekuensi ini sipapun bebas menggunakan dan memanfaatkan, dengan syarat harus toleran serta memperhatikan dan menghormati kondisi eksisting. Sehingga ada etika dan tanggung jawab moral untuk bersama-sama mengelola resource tersebut sehingga setiap pemain dapat hidup berdampingan.
Pada setiap perangkat WLAN terdapat mekanisme dan fitur untuk menghadapi interferensi. Namun yang paling menentukan sebenarnya adalah desain jaringan yang tepat untuk setiap situasi yang dihadapi dan kecermatan instalasi. Seperti misalnya, kondisi line of sight (tanpa penghalang) dan menghitung efek redaman serta kemungkinan terjadinya multipath (sinyal pantulan yang mengganggu).
Teknologi media transmisi WLAN sendiri sifatnya adalah bridging (Layer 2) dan sangat mirip fungsinya dengan perangkat hub pada jaringan LAN ethernet kabel. Sehingga pada dasarnya kapasitas maksimum yang dapat dilayani oleh sebuah AP, misalnya standar 802.11b adalah 11 Mbps, harus dibagi kepada sejumlah pengguna yang aktif. Sehingga semakin banyak pengguna aktif, performance dan troughput jaringan akan terdegradasi. Sehingga tingkat ekspektasi pengguna juga harus diturunkan terutama dari segi kualitas aksesnya.
Meskipun memiliki sejumlah fitur dan teknologi pengamanan seperti filtering MAC address, enkripsi WEP atau WPA dan kemampuan VLAN dan VPN, namun tetap saja kualitasnya tidak sebagus perangkat teknologi dengan media kabel. Selain juga pada umumnya penerapan fitur keamanan akan menurunkan performa sistem. Sehingga apabila aplikasi pengguna sangat memerlukan standar security yang tinggi, maka jaringan WLAN bisa menjadi salah satu titik kelemahan yang harus diwaspadai dan disikapi secara berhati-hati.
Aplikasi Indoor
Aplikasi utama WLAN disebut dengan HotSpot, yaitu sebuah jaringan yang bisa melayani kebutuhan pengguna bergerak. Pengguna dengan perangkat mobile gadget seperti PDA, notebook bisa mengakses Internet di lokasi tertentu yang tersedia jaringan HotSpot WLAN. Semakin meluasnya perkembangan HotSpot telah mendorong terbentuknya bisnis model baru yang memungkinkan setiap provider melakukan kerjasama roaming bahkan hingga ke jaringan internasional, sebagaimana yang terjadi pada bisnis selular dengan memanfaatkan layanan otentikasi pelanggan dan clearing house semacam iPass.
Pengguna bisa mendaftar sebagai pelanggan tetap pada provider HotSpot, sehingga bisa mengakses dari lokasi manapun yang tersedia. Pilihan lain, menjadi pelanggan on demand, biasanya secara pre paid dengan membeli voucher akses Internet via HotSpot pada suatu lokasi dari provider tertentu untuk durasi waktu tertentu. Pelanggan on demand biasanya lebih bebas untuk memilih provider mana yang akan digunakan, karena suatu lokasi bisa saja tersedia beberapa HotSpot dari sejumlah provider yang berbeda.
Aplikasi lain adalah HotSpot di dalam jaringan internal perusahaan. Apabila pengguna di lingkungan perusahaan banyak yang menggunakan perangkat gadget mobile, maka diperlukan HotSpot pada beberapa lokasi strategis untuk melayani kebutuhan tersebut. Kebanyakan perangkat mobile saat ini sudah WiFi compliance, seperti misalnya notebook berbasis procesor Intel Centrino yang sudah built in dengan kemampuan WiFi. Apabila pengguna jenis ini masih tetap menggunakan kabel, maka mobilitasnya akan terhambat.
Aplikasi Outdoor
Di banyak negara berkembang (termasuk Indonesia) yang sangat terbatas ketersediaan infrastruktur telekomunikasinya, teknologi WLAN dengan kreatifitas tertentu banyak dijadikan sebagai alternatif akses last mile. Perangkat WiFi pada umumnya memiliki konektor yang bisa disambungkan dengan antena eksternal yang memiliki gain lebih tinggi. Dengan kombinasi ini, sebuah jaringan WLAN yang semula hanya bisa menjangkau area sampai radius 100 – 200 meter, kini bisa diperluas menjadi 3 – 5 km.
Aplikasi outdoor ini meskipun menimbulkan konsekuensi biaya tambahan seperti untuk pembelian antena eksternal, jasa instalasi dan tiang atau tower penyangga namun secara umum masih sangat terjangkau oleh pelanggan pada umumnya. Untuk aplikasi pada area yang dekat (1 – 2 km) cukup banyak eksperimen serta produk asesoris lokal (seperti antenna) ditawarkan sehingga biaya bisa lebih di tekan sehingga makin menjangkau segmen pengguna yang lebih luas.
Berbagai kemudahan dan struktur biaya yang makin rendah, mampu mendorong tumbuhnya bisnis layanan jasa baru yang disebut dengan Wireless ISP (WISP), serta RT/RW Net. WISP menyelenggarakan layanannya dengan berbasis pada teknologi WLAN, baik itu di sisi backbone maupun distribusi last mile kepada pelanggannya. Pada umumnya diselenggarakan oleh pengusaha lokal dengan skala usaha menengah dengan kualitas layanan menengah. Pelanggan utama WISP biasanya adalah Warung Internet (WARNET) yang memang telah dikenal sebagai ujung tombak penetrasi Internet karena biaya yang relatif rendah.
Sementara RT/RW Net umumnya dikembangkan berdasarkan inisiatif komunitas di suatu lokasi pemukiman dan bersifat swadaya serta non komersial. Prinsipnya adalah berbagi pakai akses Internet secara massal untuk mereduksi biaya. Untuk last mile distribution, RT/RW Net juga mengandalkan teknologi WLAN dengan kombinasi produk eksperimentasi homebrew seperti antena dari kaleng susu dan modifikasi perangkat WiFi dengan port USB yang tergolong low end product.
Teknologi dan desain outdoor yang sama di Indonesia juga banyak dipergunakan untuk aplikasi jaringan internal perusahaan. Misalnya sebagai backbone antar gedung dalam satu area atau distribusi jaringan antar kantor cabang dalam satu kota maupun digunakan sebagai infrastruktur jaringan backup bagi aplikasi yang mission critical.
Dari segi aplikasi private, pengguna WLAN yang cukup menonjol dalam hal jumlah adalah komunitas pendidikan dan Pemerintah Daerah (Pemda). Pemanfaatan teknologi WLAN diyakini mampu mereduksi biaya rutin jaringan lokal close user group yang selama ini dilayani oleh operator telekomunikasi dengan beban charging berdasarkan durasi waktu atau flat bulanan hanya untuk sewa trunk atau pipa (media) akses saja. Dengan WLAN yang bebas lisensi dan biaya abonemen, dana operasional bisa dialihkan untuk meningkatkan kualitas content aplikasi E-Learning maupun E-Goverment.
Masa Depan WLAN
Masa depan teknologi WLAN terutama untuk aplikasi Outdoor adalah bergabung saling melengkapi (komplementer) dengan teknologi yang akan datang yaitu WiMAX. Dengan kombinasi itu WLAN akan menjadi bagian dari topologi jaringan Wireless MAN yang skalanya jauh lebih luas dan masif. Di Indonesia prototipe penggabungan kedua teknologi itu telah diwujudkan di daerah bencana Aceh, terutama di kota Banda Aceh, diselenggarakan oleh kelompok relawan yang tergabung dalam Yayasan AirPutih.
Kompleksitas desain dan implementasi jaringan Wireless MAN memerlukan pendekatan dan bentuk topologi yang berbeda terutama dalam hal isu routing, redudansi dan agregasi di sisi backhaul. Pada saat ini sedang dikembangkan sebuah teknologi yang disebut dengan Mesh Topology. Dengan teknologi ini, dimungkinkan sebuah aplikasi routing yang lebih dinamis, kemudahan agregasi dan kemampuan redudansi yang diperlukan untuk menangani desain jaringan yang sangat kompleks dan terdiri dari berbagai macam teknologi, produk dan fiturnya. Sebagian produk WLAN saat ini sudah mulai mengimplementasikan Mesh Topology walaupun masing-masing pabrikan masih menggunakan standar proprietary yang tidak menjamin terjadinya interoperabilitas.
Pada akhirnya, Teknologi WLAN lambat laun akan tergeser oleh penetrasi dari jaringan kabel yang diselenggarakan oleh operator. Namun, teknologi ini tidak akan habis begitu saja karena seiring dengan penetrasi tersebut akan terbuka lagi pangsa pasar baru di daerah suburban dan rural yang masih rendah nilai ekonomis pasarnya bagi teknologi jaringan kabel. Sementara solusi broadband tetap akan dibutuhkan di wilayah tersebut. WLAN masih akan tetap menjadi solusi terbaik untuk misi penetrasi akses Internet broadband pioneer.
Masa depan teknologi WLAN terutama untuk aplikasi Outdoor adalah bergabung saling melengkapi (komplementer) dengan teknologi yang akan datang yaitu WiMAX. Dengan kombinasi itu WLAN akan menjadi bagian dari topologi jaringan Wireless MAN yang skalanya jauh lebih luas dan masif. Di Indonesia prototipe penggabungan kedua teknologi itu telah diwujudkan di daerah bencana Aceh, terutama di kota Banda Aceh, diselenggarakan oleh kelompok relawan yang tergabung dalam Yayasan AirPutih.
Kompleksitas desain dan implementasi jaringan Wireless MAN memerlukan pendekatan dan bentuk topologi yang berbeda terutama dalam hal isu routing, redudansi dan agregasi di sisi backhaul. Pada saat ini sedang dikembangkan sebuah teknologi yang disebut dengan Mesh Topology. Dengan teknologi ini, dimungkinkan sebuah aplikasi routing yang lebih dinamis, kemudahan agregasi dan kemampuan redudansi yang diperlukan untuk menangani desain jaringan yang sangat kompleks dan terdiri dari berbagai macam teknologi, produk dan fiturnya. Sebagian produk WLAN saat ini sudah mulai mengimplementasikan Mesh Topology walaupun masing-masing pabrikan masih menggunakan standar proprietary yang tidak menjamin terjadinya interoperabilitas.
Pada akhirnya, Teknologi WLAN lambat laun akan tergeser oleh penetrasi dari jaringan kabel yang diselenggarakan oleh operator. Namun, teknologi ini tidak akan habis begitu saja karena seiring dengan penetrasi tersebut akan terbuka lagi pangsa pasar baru di daerah suburban dan rural yang masih rendah nilai ekonomis pasarnya bagi teknologi jaringan kabel. Sementara solusi broadband tetap akan dibutuhkan di wilayah tersebut. WLAN masih akan tetap menjadi solusi terbaik untuk misi penetrasi akses Internet broadband pioneer.
Sumber: